Apa sih yang seseorang harapkan dari pernikahan?? Tentu saja
kehidupan penuh cinta dan kebahagiaan bersama keluarga. Tapi bagaimana jika
pernikahan itu dilakukan saat belum matang dan dewasa?
Pernikahan dini mungkin sudah banyak dibahas, tapi kasusnya
tetap saja belum tuntas. Di berbagai penjuru negri ini, pernikahan dini masih
bisa ditemui di banyak tempat dan bahkan dilakukan oleh punggawa-punggawa negri
ini.Masih ingat kan dengan kasusnya Syeh Puji? Dan akhir-akhir ini kasus Darin dan Sang Ustadz juga mencuat. Lalu apa
sebenarnya yg diharapkan perempuan-perempuan mungil tersebut ?
Saya masih ingat,
ketika penelitian di Papua saya mengunjungi salah satu satuan pemukiman
transmigran. Beberapa responden saya adalah perempuan-perempuan muda yg harus
berjuang keras untuk masa depan mereka dan anak-anak mereka. Seorang perempuan
berumur 21 tahun, beranak 5 dan sudah 2 kali menikah. Seorang lagi 17 tahun ,
beranak 3 tapi baru saja bercerai dari suaminya. Lain lagi dg perempuan (bukan lg
gadis) 15 tahun yg perutnya membuncit, hamil 7 bulan. Seorang nenek, umurnya
baru menginjak 40, tapi cucu-cucunya sudah bercicit-cicit di sekitarnya. Entah berapa
umurnya saat ia menikah, atau entah berapa umur anak-anaknya saat menikah.
Itu baru sepotong kecil, pernah saya bertemu dg seorang
penjual sate asal Madura. Terlihat masih muda, tp sudah beranak tiga. Anak pertamanya
sudah SMP, mungkin melihat jidat saya mengkerut keheranan dia langsung
mengkonfirmasi “ Saya nikah umur 14 tahun, istri saya 15 tahun”. Dan saya ber “ooo”
panjang. Dia melanjutkan “ di desa saya biasa umur segitu sudah punya anak”. Dan
saya hanya tersenyum.
Si gadis 9 tahun bilang ia cinta pada Syeh Puji, benarkah
gadis sekecil itu bisa merasakan cinta sesungguh-sungguh cinta? Atau hanya
cinta monyet seperti yg dulu saya rasakan? Tapi cinta monyet kok sm orang yang sudah tua? (senyum prihatin)
Gadis manis Darin bahkan bilang dia ingin punya anak dari
sang ustad? Dia cinta juga? Ah, mungkin tentu saja, buktinya ustad dibui dia
masih saja setia.
Tapi si penjual
sate seperti mengkonfirmasi bahwa itu sudah tradisi. Biasa saja, dari sononya.
Ah ya, tapi gadis
di Papua bilang, daripada merepotkan orang tuanya, susah cari biaya hidup. Sekolah
lanjutan tak ada..mau apa lagi ??
Saya tidak ingin
menyimpulkan apa-apa dari tulisan saya. Saya hanya berdoa, semoga semua
pernikahan selalu bahagia, sehingga anak-anak bahagia, dan masa depan kita juga
bahagia. Aamiin..
0 komentar:
Posting Komentar