Minggu pagi saya
iseng ngajak Fatih jalan-jalan ke
alun-alun mini Ungaran. Niatnya saya ingin mengambil uang di ATM yang kebetulan
berada di dekat alun-alun sekalian mengajak Fatih untuk bermain. Alun-alun
tersebut memang berubah menjadi pasar pagi setiap hari minggu. Berbagai barang
dijajakan, mulai dari fashion, kuliner, hingga furnitur. Selain itu ada juga
penjaja aneka wahana bermain anak-anak seperti odong-odong, becak mini, komidi
putar, mandi bola, kereta mini, dan sebagainya. Sejak pindah rumah dari
kontrakan (yang kebetulan dekat dengan alun-alun) saya tidak pernah lagi
menyambangi pasar pagi. Jadi,mumpung cuaca cerah saya pun ingin sedikit
rekreasi kesana.
Setelah shalat subuh, saya langsung meracik sarapan sembari
merebus air untuk mandi Fatih. Rebusan air dan sarapan telah siap tapi Fatih belum
juga bangun. Terpaksa saya bangunkan karena saya tidak ingin kesiangan. Fatih mandi
masih dengan setengah melek, tapi dia bisa sarapan dengan lahap.
Sampai di kawasan sekitar alun-alun, saya memarkir motor di
pinggir jalan, dekat penjual pakaian muslim ala hijabers. Saya sempat melirik
tertarik pada deretan bawahan berbahan kaos. Ah, andai bisa beli sebiji saja,
tapi saya ingat bahwa budget bulan ini terlalu ketat untuk sekedar melirik
busana baru.
Saya lanjut berjalan menuju ATM dan wufff..lautan manusia
sudah berjubel di depan saya. Beberapa minggu lalu Ungaran memang selalu
dilanda hujan setiap minggu pagi, mungkin karena hari ini cerah maka banyak
orang yang memanfaatkannya, termasuk saya. Atau mungkin saja,memang alun-alun ini selalu seramai ini setiap pagi..
Setelah berhasil mencapai
ATM dengan menyibak kerumunan orang, saya lanjutkan jalan-jalan dengan
mengelilingi alun-alun, tapi belum sampai setengah jalan saya merasa pusing. Ya,saya
memang sedikit phobia dengan keramaian. Setiap kali berada di keramaian saya
akan merasa pusing, mual, tidak bisa fokus, dan sedikit bingung. Maka bergegas
saya menuju masjid alun-alun, mengurungkan niat saya untuk mengajak Fatih naik
odong-odong.
Alhamdulillah, di masjid terparkir sebuah mobil baca milik
perpusda Semarang. Sebuah box berisi buku anak-anak diletakkan di teras masjid.
Lega rasanya bisa duduk di ruang yang lapang dan tentu menurunkan Fatih dari
gendongan. Fatih tidak terlihat tertarik dengan buku-buku yang saya pilih, dia
justru berlari-lari mengelilingi teras masjid dan melongok ke kolong tangga
masjid. Saya mengawasinya sambil membaca beberapa majalah.
Menyenangkan sebenarnya jika banyak tempat publik bisa
digunakan sebagai perpustakaan seperti ini. Tidak hanya wisata konsumtif saja
yang harus berkembang, wisata membaca pun juga harus dibiasakan. Konsumsi buku
kita mungkin masih sangat rendah dibandingkan konsumsi fashion. Yah, bisa
dilihat di satu titik saja seperti alun-alun ini, dari sekian banyak penjual
ternyata saya tidak menemukan penjual buku. Mungkin begitu juga dengan pasar
tiban lainnya.
Ah,jadi dapat ide, mungkin saya akan berjualan buku saja
suatu saat nanti. Saya akan menjual buku dengan mendirikan tenda buku, selain
itu juga ada story telling-nya
sehingga anak-anak lebih tertarik untuk datang.
0 komentar:
Posting Komentar