Minggu, 02 Maret 2014

Jalan-jalan Minggu Pagi

Minggu pagi saya iseng ngajak Fatih jalan-jalan ke alun-alun mini Ungaran. Niatnya saya ingin mengambil uang di ATM yang kebetulan berada di dekat alun-alun sekalian mengajak Fatih untuk bermain. Alun-alun tersebut memang berubah menjadi pasar pagi setiap hari minggu. Berbagai barang dijajakan, mulai dari fashion, kuliner, hingga furnitur. Selain itu ada juga penjaja aneka wahana bermain anak-anak seperti odong-odong, becak mini, komidi putar, mandi bola, kereta mini, dan sebagainya. Sejak pindah rumah dari kontrakan (yang kebetulan dekat dengan alun-alun) saya tidak pernah lagi menyambangi pasar pagi. Jadi,mumpung cuaca cerah saya pun ingin sedikit rekreasi kesana.

Setelah shalat subuh, saya langsung meracik sarapan sembari merebus air untuk mandi Fatih. Rebusan air dan sarapan telah siap tapi Fatih belum juga bangun. Terpaksa saya bangunkan karena saya tidak ingin kesiangan. Fatih mandi masih dengan setengah melek, tapi dia bisa sarapan dengan lahap.

Sampai di kawasan sekitar alun-alun, saya memarkir motor di pinggir jalan, dekat penjual pakaian muslim ala hijabers. Saya sempat melirik tertarik pada deretan bawahan berbahan kaos. Ah, andai bisa beli sebiji saja, tapi saya ingat bahwa budget bulan ini terlalu ketat untuk sekedar melirik busana baru.

Saya lanjut berjalan menuju ATM dan wufff..lautan manusia sudah berjubel di depan saya. Beberapa minggu lalu Ungaran memang selalu dilanda hujan setiap minggu pagi, mungkin karena hari ini cerah maka banyak orang yang memanfaatkannya, termasuk saya. Atau mungkin saja,memang alun-alun ini selalu seramai ini setiap pagi.. 

Setelah berhasil mencapai ATM dengan menyibak kerumunan orang, saya lanjutkan jalan-jalan dengan mengelilingi alun-alun, tapi belum sampai setengah jalan saya merasa pusing. Ya,saya memang sedikit phobia dengan keramaian. Setiap kali berada di keramaian saya akan merasa pusing, mual, tidak bisa fokus, dan sedikit bingung. Maka bergegas saya menuju masjid alun-alun, mengurungkan niat saya untuk mengajak Fatih naik odong-odong.

Alhamdulillah, di masjid terparkir sebuah mobil baca milik perpusda Semarang. Sebuah box berisi buku anak-anak diletakkan di teras masjid. Lega rasanya bisa duduk di ruang yang lapang dan tentu menurunkan Fatih dari gendongan. Fatih tidak terlihat tertarik dengan buku-buku yang saya pilih, dia justru berlari-lari mengelilingi teras masjid dan melongok ke kolong tangga masjid. Saya mengawasinya sambil membaca beberapa majalah.

Menyenangkan sebenarnya jika banyak tempat publik bisa digunakan sebagai perpustakaan seperti ini. Tidak hanya wisata konsumtif saja yang harus berkembang, wisata membaca pun juga harus dibiasakan. Konsumsi buku kita mungkin masih sangat rendah dibandingkan konsumsi fashion. Yah, bisa dilihat di satu titik saja seperti alun-alun ini, dari sekian banyak penjual ternyata saya tidak menemukan penjual buku. Mungkin begitu juga dengan pasar tiban lainnya. 

Ah,jadi dapat ide, mungkin saya akan berjualan buku saja suatu saat nanti. Saya akan menjual buku dengan mendirikan tenda buku, selain itu juga ada story telling-nya sehingga anak-anak lebih tertarik untuk datang.

0 komentar:

Posting Komentar