Banyak orang mengenal
Bapak saya, tetapi saya selalu merasa bahwa saya yang lebih mengenal beliau.
Bapak sejak kecil yatim
piatu, menghidupi diri sendiri dengan bekerja serabutan, mulai dari menjahit
kancing hingga akhirnya mahir menjahit pakaian, menjadi kernet bus hingga
akhirnya bisa nyetir kendaraan, menjadi aktivis di kampus hingga pada akhirnya
Bapak bisa duduk sebagai anggota DPRD Yogyakarta.Bapak adalah inspirasiku
sekaligus inspiratorku.
Iya, Bapakku galak,
galak karena ingin anak-anaknya disiplin,tetapi beliau istiqomah mendidik
putra-putrinya sendiri. Sekalipun sibuk,Bapak selalu sempat menyetrika rok
seragam SDku yang berlipit-lipt sehingga menjadi rapi dan mekar indah saat
kupakai. Bapak juga masih sempat meminyaki rambutku,menyisirnya hingga licin,
dan memeriksa kuku-kuku jariku setiap pagi.
Lepas maghrib, Bapak
mengajar mengaji anak-anaknya dan mengawasi kami belajar sekalipun sambil
mengajar mengaji juga. Jika Bapak mengajar ngaji pagi hari, selalu ada anaknya
yang minta dipangku dan Bapak mengajar sambil mengelus-elus rambut kami. Begitu
pula saat sholat, selalu saja ada di antara kami anak-anaknya yang menggantung
di pundak Bapak dan Bapak tak pernah keberatan. Nabi Muhammad pun begitu,
selalu ujar Bapak kepada kami.
Ah ya, saya teringat
betul bagaimana Bapak selalu mendukung cita-cita saya. Saat saya ingin jadi
pramugari dulu, Bapak membuatkan pakaian yang mirip dengan seragam pramugari
maskapai Garuda, ditambah dengan syal leher yang dibelikan Bapak dari Malaysia.
Saat saya ingin jadi wartawan,Bapak tak segan membelikan saya bulpen ‘khas’
milik wartawan dan juga memberi tape recorder bekas biar saya bisa pura-pura
wawancara. Pun saat saya masuk ke jurusan Antropologi,jurusan yang katanya sangat
sekuler cenderung murtad, hehehe.. Bapak mencari ‘ilham’ dan pembenaran dari
kawan-kawannya dan dengan lega mendukung saya untuk terus bergelut di bidang
tersebut.
Bapak tak punya uang
banyak, tetapi ia punya banyak teman. Kata Bapak, tak perlu banyak uang untuk
bisa menolong banyak orang. Dan benar, Bapak selalu berada di garis depan
ketika bencana alam melanda Yogyakarta dan sekitarnya. Bukan dengan uangnya,
tetapi dengan kepercayaan orang terhadap beliau. Bapak juga tak pernah absen
kedatangan orang yang ingin meminta tolong, rumah Bapak seharipun tak pernah
tidak kedatangan tamu.
Bapak memang tidak
selalu sempurna, saya kadang jengkel juga marah terhadap beliau. Isi page febuknya pun seringkali ga mutu, tapi beliaulah yang menjadi
inspirasi pertama saya dan selalu membuat saya berpikir, ya ingin bisa menjadi
seperti Bapak, yang galak tetapi penyayang (saya juga agak sedikit galak dan Ibu
bilang saya persis seperti Bapak jika marah), yang sibuk tetapi tetap membelai
putra-putrinya, yang bisa menjadi penolong banyak orang, yang konsisten
terhadap pemikirannya, mendukung setiap usaha putra-putrinya, dan yang jelas
Bapak yang pantang menyerah dan bisa terus memperbaiki kehidupan.
Bapak memang tak pernah
mengatakan sayang kepada kami, tetapi kami tahu beliau menyayangi kami. Begitupun
saya tak pernah bilang sayang kepadanya, tetapi saya pun yakin beliau tahu saya
menyayanginya.
Ingin kenal lebih dekat dengan sang Bapak...Ya bagaimana pun sekarang kan sy sebagai bapak yang musti nginspirasi buat anak-anakku. Semoga sy dipertemukan dengan isnpirator Fida itu ya !
BalasHapusKalo pas main ke Jogja boleh mampir dan nginap di rumah Bapak saya Pak, hehehe
HapusBapak itu selalu jadi sosok istimewa buat anak gadisnya ya mbak ...
BalasHapusSemoga bapak selalu sehat :)
Aamiin..terima kasih Mbak. iya Bapak memang yg jadi pedoman anak perempuan, terutama juga pas cari jodoh..hehehe..
HapusBapak itu selalu jadi sosok istimewa buat anak gadisnya ya mbak ...
BalasHapusSemoga bapak selalu sehat :)
inspire banget bapaknya jadi inget bapakku hehe
BalasHapusSemoga Bapak Mbak Susan damai di sana ya Mbak
Hapusterharu deh bacanya fida...hiks...
BalasHapus