Jadi wartawan??? Iya, itu
cita-cita saya dulu. Parahnya, saya gak pengen jadi wartawan ‘biasa’, maunya
jadi wartawan di medan peperangan. Iya, saya kecil dulu sepertinya kebanyakan nonton dunia dalam
berita yang isinya perang-perangan mulu.
Tapi cita-cita saya yang nekat tersebut sebenarnya mulia loh. Saya ingin bisa menulis tentang peperangan tersebut dengan
riil sehingga bisa mengabarkan pada dunia bahwa hanya penderitaan yang
didapatkan. Apalagi saat itu,peperangan yang terjadi sebagian besar adalah
perang saudara.
Tapi..yah, namanya juga cita-cita anak kecil, ya bisa berubah
sesuai dengan mood. Ketika beranjak dewasa dan mengenal dunia lain, maka
cita-cita saya pun berubah-ubah. Hanya ‘karakter’ cita-citanya saja yang masih
sama. Maksudnya 'karakter cita-cita’ tuh apa to?? Cita-cita saya selalu tidak
jauh dari travelling dan dunia tulis
menulis. Sebelum pengen jadi wartawan,saya pengen jadi pramugari. Simple saja
alasannya, ya pengen naik pesawat kemana-mana gituh..setelah pengen jadi wartawan,
saya pengen jadi ahli biologi yang meneliti hewan-hewan atau tumbuhan di hutan
belantara di seluruh dunia. Heboh banget kan cita-citaku?? Hehehe.. alasannya
ya apalagi kalau bukan pengen menjelajah area termisterius di seluruh dunia
plus pengen menuliskan reportase berbagai spesies yang saya temui.
Dan taraaa…setelah cita-cita yang
berliku-liku akhirnya saya pun jadi antropolog. Yup !! dulu masuk kuliah
juga motivasinya sama, katanya kuliah di antropologi itu bisa jalan-jalan
kemana-mana. Hehehe.. Alhamdulillah wa
subhanallah,kesampaian juga cita-cita saya. Selama menjadi mahasiswa S1
Antropologi saya menjelajah pedalaman Pekalongan,menjelajahi sudut-sudut miskin
pulau Bali, pernah sampai Papua Barat, pernah ngiler di Riau, dan berburu udang
di Kalimantan Barat. Pada saat kuliah S2 di jurusan yang sama sayapun sempat
menjelajah Sulawesi Tengah selama 6 bulan dan membawa saya ke negara yang hampir
di ujung dunia, Norwegia.
Kuliah di Antropologi juga ga mungkin jauh dari dunia tulis menulis
karena saat penelitian lapangan, saya harus membuat catatan harian yang sangat
detail. Malam hari saya gunakan untuk mencata semua hasil observasi saya. Kadang
hingga berjam-jam dan tak jarang hingga hampir pagi menjelang. Karena saya tak
ingin hal sekecil terlewatkan. Pun ketika pada akhirnya harus menulis laporan
penelitian..Yah, mau gak mau harusmenulis. Dan satu hal yang saya cintai dari
dunia menulis di antropologi adalah, bahwa tulisan yang saya buat sebisa
mungkin juga nyastra, mirip-mirip novel
gitu deh.
Ya, dan saya kira saya pun bisa
dengan mantap berkata bahwa saya ingin jadi etnografer, alias penulis etnografi.
Apa itu etnografi ? Ringkasnya adalah etno
dari kata etnis, dan grafi artinya
tulisan atau gambaran. Gampangnya
etnografi itu tulisan tentang sebuah etnis tertentu yang menggambarkan dengan
detail kehidupan mereka. Ada banyak etnografer yang pada akhirnya bisa
menjadikan kisah-kisah tersebut sebagai bacaan popular seperti novel atau
komik. Cuma saya sih belum sampai tingkatan imajinatif gitu yah,semoga deh nanti bisa jadi penulis
etnografi yang produktif plus menarik..
Mantep! moga kesampaian ya Mbak. Pengen juga menjelajah seperti explorer, huuu. Asiknya :)
BalasHapushehehe..aduh mantab buanget. Yup antropologi musti nyastra..
BalasHapus